Yah, aku bagaikan bocah kecil yang mengalami kesedihan saat tidak mendapatkan permen atau mainan yang diinginkan. Menangis dan mungkin terus merengek.
Jika dikaitkan dengan apa yang aku rasakan, mungkin itu perumpamaan yang paling sesuai. Entah.
Sehari, dua hari, tiga hari. Makin sering. Sesuatu yang aku harapkan menjauh, sekarang mendekat (mendekat untuk jarak bukan keadaan). Hal yang tidak aku inginkan.
Kadang aku tidak mengerti maksud dari perilaku seseorang, apa itu maksudnya menatap sekilas, melirik secara sembunyi-sembunyi, atau mungkin secara terang-terangan terus memandangi. Terlebih lagi lelaki yang melakukan itu. Temanku pernah berkata "lelaki memang seperti itu, tidak tahu apa maksudnya". Aku tidak mempermasalahkan hal itu, hanya mempertanyakan saja. Bukannya aku terlalu percaya diri atau "ge-er". Tidak sama sekali, bahkan aku pun tak berharap seperti itu.
Sedih mengingatnya, mengetahui media itu telah berakhir. Media yang membuat apa yang "tidak aku inginkan" terjadi. Jika ingin menengok kebelakang, sempat ada rasa senang bisa melakukan hal itu. Suatu hal yang benar-benar tidak terpikirkan dan tidak aku harapkan. Mungkin memang sudah alurnya.
Sedikit respon, mungkin bukan respon hanya feedback dari apa yang diterimanya, bisa membuatku melayang-layang. Reaksi yang berlebihan memang, tapi itu membuatku senang.
Setelah sempat beberapa hari aku merasa "nyaman" dengan diselimuti kekhawatiran, tidak lama kemudian aku seperti orang yang mendapat kabar buruk. Dan nyatanya memang kabar buruk. Sempat termenung untuk beberapa saat setelah mengetahuinya, sedih mungkin atau apa aku tak tau. Tapi aku sadar, dan ternyata itu jawabannya. Semua jadi jelas terlihat oleh ku.
Terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar